Until Then merupakan game adventure dengan style pixel art.Dikembangkan oleh Polychroma Games dan diterbitkan oleh Maximum Entertainment, game ini berlatar di Filipina dengan kota fiksi yang disebut Liamson, yang terletak di ibu kota negara.
Game ini disajikan sebagai novel visual didalam format sidescroller 2.5D, menampilkan grafis pixel art didalam lingkungan tiga dimensi.
Game ini terasa dikembangkan terhadap tahun 2020 oleh tim yang dipimpin oleh direktur Mickole Klein Nulud. Para pengembang fokus terhadap representasi Filipina sebagai anggota berasal dari pengembangan, sambil menciptakan pengalaman yang universal dan sinematik didalam format novel visual game tersebut. Game ini dirilis terhadapĀ 25 Juni 2024 untuk Linux, PlayStation 5, dan Windows.
Setelah dirilis, game ini terima sambutan positif berasal dari kritikus, yang menyoroti interaktivitas, narasi, dan representasi Filipina didalam game tersebut.
Untuk kamu yang menyukai game “A Space For The Unbound” game ini sanggup menjadi rekomendasi untuk kalian mainkan. Di artikel ini akan mengkaji mengenai game ini terasa berasal dari gameplay hingga plot yang tersedia di didalam game
Plot
Game terdiri berasal dari 3 act, dengan ending yang tidak serupa di tiap-tiap act. Untuk tiap act terdapat 5 chapter.
“Until Then” mengisahkan Mark Borja, seorang siswa SMA yang nampak biasa saja, menggunakan waktunya bermain video game dan ponsel tanpa obyek jelas. Uniknya, ia tinggal sendirian gara-gara orang tuanya bekerja di luar negeri.
Cerita permainan ini mengikuti Mark dan teman-teman sekelasnya, yang penuh dengan drama remaja. Seiring berjalannya waktu, suatu hal mengubah hidup Mark, yang bisa saja mengenai dengan cinta atau kehilangan.
Meskipun alur cerita yang disajikan bukan hal baru di sarana modern, pendekatannya didalam game membuatnya menonjol. Komunikasi didalam game lebih dari satu besar melalui teks, baik didalam pembicaraan segera maupun melalui sarana sosial. Penggambaran lingkungan didalam game juga berhasil menciptakan kondisi yang berubah kala cerita berkembang, walau pembawaan senantiasa https://www.seasidevolleyballclub.com/ merintis kehidupan mereka seperti biasa.
Pendekatan tim didalam mengatasi komunikasi didalam “Until Then” terlampau cerdik, terutama kala Mark gunakan ponselnya. Tidak seperti banyak game naratif lainnya, Mark bukanlah protagonis pendiam. Dia punya banyak dialog, baik secara segera maupun online. Saat Mark mengirim pesan, misalnya, game menampilkan pesan yang terlihat seperti iMessage di layar, dan Anda sanggup memandang Mark berpikir kala mengetikāsering kali mengetik balasan, lalu menghapusnya gara-gara terasa balasan itu tidak tepat.
Keaslian didalam kesimpulan ini terlampau mengesankan, dan fitur “si anu sedang mengetik” di anggota bawah layar terlampau berhasil mengikuti perasaan khawatir dan antusias kala mengirim pesan kepada seseorang. Terkadang, Anda lebih-lebih sanggup memilih untuk tidak menanggapi, dan pembawaan lain akan memberi salam Anda dikala berjumpa lagi.
Di sarana sosial, Facebook menjadi platform utama terhadap tahun 2014. Dalam game ini, Anda sanggup menyukai, mengomentari, dan sharing bermacam unggahan. Dari gadis-gadis yang memposting foto sehingga terlihat menarik, band yang mempromosikan konser, hingga diskusi politik dengan tagar, Facebook digunakan secara efisien untuk membangun dunia didalam game. Bahkan, game ini beri tambahan momen lucu dikala Anda menyukai komentar Anda sendiri.
Gameplay
Dari segi gameplay, “Until Then” sayangnya tidak menawarkan banyak hal yang menonjol. Sebagai petualangan naratif sidescrolling, lebih dari satu besar gameplay berkisar terhadap berlangsung berasal dari satu segi ke segi lain, berinteraksi dengan objek yang ada, dan merampungkan dialog dengan mengetuk tombol. Pemecahan teka-teki point-and-click ada, tetapi tidak menjadi fokus utama seperti didalam game lain seperti “A Space for the Unbound.” Meskipun demikian, minimnya backtracking di awal permainan membuat pengalaman bermain senantiasa lancar.
Untuk beri tambahan variasi didalam gameplay, “Until Then” sertakan lebih dari satu minigame yang tersebar di selama cerita. Misalnya, pemain wajib mengancingkan kemeja Mark dengan menyeret kancing ke lubangnya atau memasukkan koin yang tepat ke mesin tiket di MRT. Ada juga minigame yang lebih menantang, seperti menusuk bola ikan yang butuh pengaturan kala yang tepat, atau bermacam minigame di pasar hiburan. Semua ini beri tambahan variasi yang beri kesegaran berasal dari gameplay utama yang monoton.
Meskipun gameplay “Until Then” lebih simpel dan tidak menonjol didalam segi pemecahan teka-teki, kehadiran bermacam minigame yang unik beri tambahan variasi dan merawat permainan senantiasa menarik. Dengan plot yang menggugah mengenai kehidupan remaja Mark Borja dan tantangan emosional yang dihadapinya, game ini menawarkan pengalaman naratif yang mendalam dan layak dimainkan, terutama bagi pengagum “A Space For The Unbound.”